Jakarta

Apriadi (42) nampak bersemangat melayani pelanggannya di Pasar Sementara Citayam, Depok, dalam sekejap bumbu pesanan dari pelanggan selesai disajikan. Aneka bumbu giling ini menjadi usaha khas Padang, aroma rempah-rempah yang kuat menjadi teman sehari-hari Apriadi.

Diketahui usaha Apriadi ini telah ada sejak 2010, sebelumnya ia merupakan karyawan bumbu giling di Pasar Klender Jakarta Timur, usai mengetahui racikan bumbu yang khas Apriadi nekat membuka kios sendiri di Pasar Citayam.

Bertahun-tahun bergelut dibidang bumbu giling membuatnya memiliki pelanggan yang cukup banyak, mulai dari rumah makan padang, warteg, bubur ayam hingga ibu rumah tangga. Kebanyakan mereka telah menjadi langganan tetap karena cita rasa dari bumbu Apriadi yang khas.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Tantangan di bisnis ini hampir nggak ada, istilahnya kalo kualitas barang kita bagus orang pasti balik lagi. Kalo aku insyaallah belanja orang besok balik lagi karena enak, karena kita giling sendiri takarannya kita yang ukur,” cerita Apriadi di lapak bumbu gilingnya di Pasar Sementara Citayam, Jumat (19/4/2024).

Selain itu ia juga telah khatam masalah naik turunnya bahan baku, sehingga tak pernah khawatir jika suatu saat bahan baku seperti bawang atau cabai meroket. Pria asli Padang ini tak pernah menaikkan harga karena takut pelanggan kecewa.

“Ketika bawang susah atau mahal tetap bawang saya giling tidak menaikkan harga kalo harga naik pelanggan kecewa lari nanti, sekarang mahal besok turun lagi jadi harga bawang ga akan lama, sebulan paling lama karena sudah bertahun-tahun jualan jadi hafal soal harga,” lanjut Apriadi.

KUR BRI

Belum lama ini kios Apriadi ramai dikunjungi pembeli sebab masyarakat mendadak butuh bumbu untuk menyambut puasa hingga lebaran, hal itu membuat Apriadi mendatangi kantor BRI Unit Citayam untuk mengajukan KUR guna menambah pasokan modal.

“Pinjaman KUR baru tahun 2024, di pasar Citayam lama belum mengambil KUR karena sebelumnya penjualan ramai karena posisi dagang di paling depan, sementara di sini posisi saya di belakang. Kemarin saya ambil KUR Rp 30 juta untuk persiapan orang munggahan sama lebaran,” terang Apriadi

Posisi kios Apriadi yang kini berada di belakang membuat omzetnya menurun, namun guna menyambut serbuan emak-emak ia harus siap dengan pasokan bumbu yang banyak.

“Kalau munggahan sama lebaran disini orang kaya semut belanja penuh 3 hari berturut-turut rame,” Lanjut Apriadi.

Apriadi juga mengenang kisah-kisahnya di pasar Citayam lama, ia menyebut dulu omzetnya mencapai Rp 8 juta dalam satu hari. Namun ia digelapkan oleh godaan setan yang membawanya terjerumus ke meja judi.

Saat ditanya terkait pencapaian dalam berdagang ia menyebut memiliki dua anak saja, karena uangnya habis untuk berjudi. Namun hal itu merupakan cerita lama, beruntung ia tak menginap di jeruji besi karena lokasi berjudinya telah digrebek Polisi dan sejumlah orang diamankan.

“Dulu main (judi) kartu 4, udah ada teman yang ketangkep baru insaf, jadi ada istri teman yang ngadu jadi Polsek malam-malam menggerebek ada yang ketangkep baru kapok gitu, jadi sekarang merintis dari awal lagi,” kenang Apriadi.

Kini kios yang buka sejak pukul 3 pagi dan tutup pada waktu maghrib itu memulai cerita baru, saat ini omzenya mencapai Rp 4 juta-Rp 5 juta dalam satu hari. Saat ini Apri tengah fokus menabung untuk siap-siap pindah ke pasar Citayam baru yang tengah dibangun. Diketahui pemilik kios harus membayar DP 30 persen dari harga Rp 57 juta.

Angka yang cukup besar mengingat Apriadi sebelumnya memiliki dua kios. Apriadi mengaku sebelumnya sempat ditawari pinjaman KUR sebesar Rp 50 juta namun dirinya hanya mengambil Rp 30 juta. Ternyata kini Apriadi justru membutuhkan dana besar dan kini menyesal tak mengambil semua nominal tawaran tersebut.

Dikonfirmasi secara terpisah, mantri BRI Saiful Bahri mengatakan pedagang bumbu Apriadi memang sebenarnya berhak mendapatkan KUR senilai Rp 50 juta, hanya saja pada saat itu ia hanya membutuhkan dana sebesar Rp 30 juta. Saiful juga turut menjelaskan cara menghitung pendapatan nasabah hingga berhak mendapatkan KUR.

“Kita hitung dari omzet dia per hari, karena hitungannya KUR disini beda dengan pedesaan yaitu KUR tempo atau jatuh tempo panen, nah disini kita hitung pendapatan perhari berapa RPC (repayment capacity atau kemampuan bayar)-nya. Sebetulnya dia (Apriadi) RPCnya dia lebih dari itu namun dia butuhnya Rp 30 juta jadi ya sudah kita berikan,” jelas Saiful di Kantor BRI Unit Citayam, Jumat (19/4/2024).

(hns/hns)



Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *