Jakarta –
Gulai tikungan atau gultik bukan hanya ada di kawasan Blok M, Jakarta Selatan. Penjual gultik juga dijajakan di jalan Bulungan, Jakarta Selatan, tepatnya seberang SMA Negeri 70 Jakarta. Salah satu pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Gultik di Bulungan bernama Purnomo Setiawan (40).
Gultik milik Purnomo dinamakan Bang Gusto, sesuai nama yang melayani pembeli. Namun sesekali Purnomo juga kerap melayani jika pembelinya ramai. Gultik Gusto buka sejak pukul 18.00 hingga pukul 04.30 WIB. Purnomo mematok harga gultik Rp 10.000 per piring. Alasannya agar terjangkau sebab pembelinya anak SMA Negeri 70 Jakarta atau warga sekitar Bulungan dan Blok M.
Untuk ukuran laki-laki, sepiring gultik Rp 10.000, tidak cukup. Perlu ditambah sepiring lagi baru kenyang. Untuk ukuran perempuan, sepiring gultik lumayan untuk mengganjal perut yang lapar namun tidak ingin terlalu kenyang.
“Harga Rp 10 ribu biar terjangkau semua orang,” ujar Pur, ketika ditemui detikcom beberapa waktu lalu, ditulis Sabtu (20/4/2024).
Gultik adalah makanan khas Indonesia berbahan dasar daging sapi yang dimasak dalam kuah bersantan dan kaya akan bumbu-bumbu. Kuliner legendaris yang dijajakan di tikungan jalan Blok M, lalu meluas ke Bulungan. Makanya kuliner tersebut dinamakan gultik.
Awal Usaha Gultik Purnomo
Purnomo memulai usaha kuliner gultik sejak 2003. Saat itu pria asal Solo, Jawa Tengah ini menjadi anak buah pakdenya. Kemudian dia memulai usaha gultiknya sendiri sejak tahun 2007. Namun dia tetap bekerja sebagai sekuriti di kawasan Tendean, Jakarta Selatan.
Bermodalkan Rp 500.000 dari gajinya, Purnomo mantap mengelola gultik bersama rekannya. Rekannya yang memasak dan berjualan, Purnomo tinggal menerima pembagian hasil jualan. Saat itu, dia dan rekannya mendapat omzet sekitar Rp 1 juta.
Purnomo Setiawan, pemilik gultik Bulungan Bang Gusto/Foto: Niken Widya Yunita/detikFinance
|
Kemudian Purnomo berhenti kerja pada 2017 dan fokus jualan gultik bersama 5 rekannya. Omzetnya kini sekitar Rp 3 juta seminggu.
“Pendapatan sekarang Rp 3 juta per minggu kadang kurang kadang lebih. Cuma sekarang didukung sama sate pendamping menu gultik, yang buat istri saya untuk nambah-nambah (pendapatan),” kata Purnomo.
Saat pandemi covid-19, Purnomo terkena dampaknya. Usaha gultiknya harus tutup dan dia hidup dari bantuan pemerintah. “Kami merana hidup hanya dengan Bantuan Langsung Tunai (BLT) karena uang pendapatan sudah dialokasikan buat bangun rumah,” cerita Purnomo.
Singkat cerita, Purnomo kembali lagi berjualan gultik setelah ada peraturan bebas masker dari pemerintah sekitar tahun 2022. Namun pendapatannya tidak seindah dulu.
“Dampak covid, banyak orang yang di-PHK atau Pemutusan Hubungan Kerja dan sekarang jualan gultik. Sebelum covid pernah menghitung ada 17 tempat jualan gultik di area Bulungan. Sekarang ada lebih dari 30. Pendapatan tidak seperti dulu,” ungkapnya.
Ramainya para pembeli Gultik Bulungan Bang Gusto milik Purnomo/Foto: Niken Widya Yunita/detikFinance
|
Karena itu, Purnomo berharap, usaha gultiknya dibeli kalangan pejabat saat pertemuan-pertemuan dan kalangan artis-artis. Sebab jualan di lapangan saat ini saingannya sudah ketat. Selain itu Purnomo kurang paham dengan pemasaran secara online dan terkendala usaha saat hujan turun.
“Kita memerlukan tenda, kalau pas hujan kami bisa gunakan agar pelanggan tidak kehujanan. Kata staf BRI, kami diminta mengajukan proposal untuk keperluan jualan. Kami sudah membentuk klaster gultik sejumlah 8 tempat dan sudah mengajukan proposal,” kata Purnomo.
KUR BRI
Untuk memajukan usahanya, Purnomo mengajukan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bank Rakyat Indonesia (BRI). Dia mendapatkan KUR BRI pada Maret 2024 dengan nilai Rp 100 juta. Purnomo harus membayar Rp 4.430.000 per bulan dalam jangka waktu dua tahun.
(nwy/ara)