Jakarta

Melemahnya nilai rupiah terhadap dolar AS dinilai ekonom bakal membuat harga komoditas pangan yang bersumber dari impor naik. Ini artinya, kebutuhan rumah tangga masyarakat di Indonesia bakal melonjak.

Kepala Center of Digital Economy and SMEs Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eisha Maghfiruha, mengatakan merosotnya nilai rupiah terhadap dolar AS akan membuat pengeluaran ibu rumah tangga di Indonesia meroket. Ini karena, sejumlah komoditas pangan seperti beras, tempe, maupun kacang kedelai diperoleh dari luar negeri.

“Beras, tempe, soybean dari juga merupakan impor dan lain-lain. Nah ini kalau untuk ibu-ibu pasti kalau harga-harga di pasar naik, pasti kan teriak-teriak ya,” ucap Eisha dalam agenda Diskusi Publik Ekonom Perempuan ‘Kebijakan dan Nasib Ekonomi di Tengah Ketegangan Perang Global’ secara daring, Sabtu (20/4/2024).


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Oleh sebab itu, untuk mencegah daya beli masyarakat menurun, Esiha menyarankan pemerintah perlu mengendalikan harga-harga pangan dan menjaga inflasi. Upaya itu disebutnya perlu dilakukan bersama oleh pemerintah bersama Bank Indonesia (BI).

“Dari daya beli konsumsi masyarakat, yang diutamakan adalah mereka golongan bawah dan rentan. Perlu dilihat dampak kenaikan harga terhadap daya beli masyarakat,” ungkap Eisha.

Di sisi lain, Esiha juga melihat biaya produksi untuk industri UMKM juga bakal meningkat karena pelemahan rupiah. Namun, secara historis, sektor UMKM disebutnya cukup tangguh karena berhasil bertahan ketika rupiah melemah terhadap dolar AS pada 1997. Hal ini diduga disebabkan banyak UMKM yang kala itu mengolah bahan baku yang bersumber dari dalam negeri.

Namun saat ini, Eisha menuturkan bahwa banyak UMKM yang kini memiliki jenis bisnis reseller alias menjual kembali produk asal luar negeri. Walhasil, depresiasi nilai Rupiah disebutnya pasti akan berdampak terhadap biaya produksi dan harga jual produk para reseller.

“Ujungnya pasti harga-harga produknya akan meningkat misalnya tidak bisa menahan biaya beban produksi, harus dibebankan pada harga produknya yang lebih tinggi,” pungkasnya.

(fdl/fdl)



Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *