Jakarta –
Produk dalam negeri batik aromaterapi telah berhasil diekspor ke berbagai negara. Ada lima negara tujuan ekspor yakni Amerika Serikat (AS), Malaysia, Singapura, Korea, dan Jepang.
Metode batik aromaterapi ditemukan seorang perempuan milenial, Warisatul Hasanah yang mendirikan Batik Al-Warits. Al Warits telah menjadi mitra binaan LPEI sejak 2019 lalu dan mengikuti berbagai pameran skala internasional seperti Trade Expo Indonesia (TEI) 2019 lalu.
Produk batik aromaterapi berhasil diekspor berkat Desa Devisa Batik. Program itu adalah milik Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI), atau Indonesia Eximbank berkolaborasi dengan Kemenkeu I Bea Cukai dan Direktorat Jenderal Pajak, dan Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Provinsi Jawa Timur.
Program tersebut melakukan pendampingan kepada 139 perajin perempuan binaan Al-Warits dari 11 desa di Kabupaten Bangkalan, Pamekasan, dan Sumenep. Warisatul Hasanah menambahkan program itu juga memberikan berbagai pelatihan lainnya dalam rangka penguatan kapasitas dan organisasi perusahaan.
“Selain penguatan kompetensi dan peningkatan kapasitas produksi, kami juga diberikan pelatihan penyusunan laporan keuangan, manajemen perusahaan, prosedur dan perizinan ekspor serta penyuluhan perpajakan dalam rangka meningkatkan kapasitas bisnis Desa Devisa Batik aromaterapi,” ujar Warisatul Hasanah dalam keterangan tertulis, Sabtu (20/4/2024).
Berbagai pelatihan dan pendampingan LPEI untuk desain batik gentong Madura dan peningkatan kapasitas produksi dalam satu tahun terakhir mulai membuahkan hasil. LPEI juga berhasil meningkatkan kapasitas produksi perajin batik meningkat dari 400 kain per hari menjadi 4.000 kain per hari dan pendapatan perajin dari Rp300.000 menjadi Rp1.250.000 per bulan.
Kepala Divisi Jasa Konsultasi LPEI Ilham Mustafa menjelaskan Program Desa Devisa dirancang untuk memberikan pendampingan yang komprehensif dan berkelanjutan dengan tujuan membuka potensi ekspor komoditas unggulan daerah.
Pendampingan Desa Devisa Batik Aromaterapi ini berhasil mendorong ekspor produk batik aromaterapi ke negara Amerika Serikat, Malaysia, Singapura, Korea, dan Jepang.
“LPEI terus berkomitmen mewujudkan ekosistem ekspor yang berkelanjutan hingga menciptakan kesejahteraan bagi para perajin batik,” ujar Ilham.
Program tersebut sebagai langkah memperkuat komitmennya untuk mewujudkan ekosistem ekspor yang berkelanjutan sehingga dapat memberikan kontribusi signifikan bagi ekspor nasional. Salah satu wujud nyata adalah dengan melakukan pendampingan kepada perajin batik aromaterapi yang menjadi ciri khas Madura.
Sebagai informasi, batik aromaterapi adalah produk unik yang mengeluarkan aroma wangi rempah dan bunga dari kain batiknya, tahan hingga empat tahun meskipun dicuci berulang-ulang.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kinerja nilai ekspor Kain/Bahan Pakaian Indonesia (HS Code 5660) sepanjang tahun 2023 tercatat mencapai USD473,31 juta. Adapun lima negara tujuan ekspor utama kain/bahan pakaian Indonesia adalah Jepang (porsi 19,6%), Vietnam (15,6%), India (7,4%), Amerika Serikat (6,1%) dan Korea Selatan. (5,8%).
Masih berdasarkan data BPS, kinerja nilai ekspor batik mencapai US$ 17,45 juta pada 2023. Batik asal Indonesia paling banyak diekspor ke Amerika Serikat (74,75%), Jerman (3,61%), Singapura (3.23%), Malaysia (2,82%), dan Kanada (1,92%). Sebagai eksportir pemasok bahan pakaian, Indonesia terus mengembangkan potensi desain kain dan melakukan terobosan untuk menjangkau pasar yang lebih luas.
(ada/ara)