Jakarta

Konflik antara Iran dengan Israel akan berdampak pada distribusi komoditas pangan. Hal ini juga akan dirasakan oleh Indonesia, di antaranya dalam ketersediaan gandum dan kedelai.

Direktur Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) Badan Pangan Nasional Maino Dwi Hartono mengatakan dampak dari konflik tersebut tidak terjadi pada semua komoditas pangan, yang paling terasa menurutnya pada gandum dan kedelai.

“Kalau pangan kayaknya secara langsung, nggak. Karena bawang putih dari China, pangan kan nggak hanya pangan pokok, bisa juga gandum dan biji-bijian. Tetapi importir gandum sudah antisipasi karena sumbernya banyak nggak hanya dari Timur Tengah,” kata dia ditemui di Kantor Badan Pangan Nasional, Kamis (18/4/2024) kemarin.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Maino menjelaskan, saat ini distribusi importasi untuk kedelai saja sudah terganggu karena perang Ukraina dan Israel. Penyebab utamanya jalur distribusinya jadi memutar dan memakan waktu lebih lama.

“Biasanya ke Indonesia butuh 3 minggu, karena harus muter kan butuh 5-6 minggu atau lebih. Ini terbukti waktu akhir tahun, kedelai yang kita target Desember minggu kedua masuk, gara-gara harus dimuter, akhirnya masuk Januari, dan harga langsung naik. Makanya demo pengrajin tahu tempe karena kedelainya telat datang,” terangnya.

Padahal menurut Maino produksi kedelai dari negara asal impor tidak ada masalah. Namun karena terhambat konflik yang mengganggu jalur distribusi, perjalanan jadi memakan waktu dan biaya.

“Nggak ada masalah produksi kedelai, cuma karena kapalnya muter. Itu kan lewat terusan suez, tapi sebenarnya kapal Indonesia bisa lewat, tapi kapal-kapal lain harus muter, dan itu harus menambah waktu, biaya nambah.” ujarnya.

Untuk komoditas impor lainnya, misalnya bawang putih dan daging sapi diyakini tidak berpengaruh akan konflik di Timur Tengah. Impor bawang putih dominasi dari China dan daging sapi dari Australia.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengaku bahan pangan yang menyumbang inflasi memang sedang bergejolak. Meski begitu, penyebabnya diklaim karena El Nino, bukan perang yang terjadi di Timur Tengah.

Di pasca Lebaran ini dilihat harga beras maupun minyak goreng sudah mulai menurun. Demikian pula cabai rawit dan cabai merah.

“Jadi sekali lagi, (harga pangan naik) itu penyebabnya El Nino di Juli-Februari-Maret ini. Kalau kita lihat pasca Lebaran baik harga beras maupun minyak goreng sudah mulai flat. Demikian pula cabai rawit dan cabai merah pun turun,” ucap Airlangga, dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta Pusat, Kamis (18/4/1024).

(ada/rrd)



Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *