Jakarta –
Konflik antara Israel-Iran disebut pengamat dan asosiasi real estate bisa membuat harga bahan baku material meningkat karena melemahnya mata uang Rupiah terhadap dolar AS. Lantas, apakah hal itu bakal mempengaruhi harga bahan baku untuk pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN)?
Ketua Satgas Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur IKN Danis H Sumadilaga, buka suara terhadap isu itu. Danis membenarkan harga material untuk membangun IKN Nusantara berpotensi naik karena konflik Iran-Israel. Sebab, hal itu berkaitan dengan suplai bahan baku bangunan menuju ke IKN.
“Bahwa itu ada kemungkinan naik, ya, pasti ada, karena kita kan berbicara suplai. Mungkin tak langsung juga, tapi mungkin berpengaruh misalnya pada transportasi mungkin ada kenaikan itu saja,” ucap Danis di Kantor Kementerian PUPR, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat (19/4/2024).
Namun, Danis menjelaskan bahwa hal itu masih dugaan semata. Pihaknya pun sedang melakukan mengidentifikasi dan mengkaji dampak konflik Iran-Israel terhadap kenaikan bahan baku bangunan di IKN. Lagipula, konflik antara Iran-Israel disebutnya memang berdampak terhadap semua sektor perekonomian.
Adapun untuk proyek yang sudah berjalan, Danis menjelaskan bahwa biaya material sudah terkandung dalam kontrak yang sudah diteken oleh pihaknya. Sampai hari ini, total nilai keseluruhan untuk kontrak itu berkisar di angka Rp 70 triliun.
“Kita sedang mengamati situasinya. Kalau sampai saat ini insya Allah kontrak kita aman, kontrak kita kan memang jelas, MYC (Multi Years Contract), kalau nanti ada kebijakan eskalasi ya kita ikuti kalau memang terjadi,” imbuhnya.
Harga Bahan Bangunan Bisa Naik
Sebelumnya dikutip dari detikProperti, Ketua Umum DPP Real Estate Indonesia (REI) dan CEO Buana Kassiti, Joko Suranto, mensinyalir akan ada tekanan pada biaya produksi imbas konflik Iran-Israel yang mendorong kenaikan harga bahan-bahan di industri properti.
“Dampaknya adalah biaya produksi. Kan ada yang dari 185 industri (pendukung sektor properti) tadi kan, semuanya membutuhkan listrik, mungkin sebagian besarnya juga membutuhkan bahan bakar, kemudian juga membutuhkan transport, ketika alat produksinya membutuhkan listrik, listriknya taruhlah dari menggunakan bahan bakar minyak,” ujar Joko kepada detikcom, Rabu (17/4/2024).
Adapun bahan bangunan yang berpotensi untuk cenderung naik ada pada industri berupa pabrik. Sebab, industri tersebut banyak bergantung pada bahan bakar, listrik, dan komponen lain yang rentan mahal akibat kondisi perang.
“Bahan yang paling krusial itu yang dari pabrik, yang dihasilkan dari manufaktur ketika bahan bangunan yang dari alam itu relatif masih tidak bisa ditahan. Tapi kalau manufaktur kan faktor produksinya memang ada kenaikan karena ada tekanan dari bahan bakar minyak itu,” jelasnya.
Sementara Konsultan Properti Anton Sitorus, mengatakan bahan bangunan yang harganya sangat sensitif terhadap nilai tukar Dolar AS mayoritas adalah produk-produk impor. Namun, bahan-bahan lokal juga bisa terpengaruh jika pelemahan rupiah berlangsung lama.
Hal ini dapat berimbas pada pembangunan properti, terutama properti dengan komponen bahan baku impor tinggi, seperti rumah dan apartemen mewah. Bahan baku antara lain besi dan baja gitu mengikuti harga pasaran di luar negeri. Apalagi bahan ini merupakan salah satu bahan pokok proyek-proyek properti.
Selain itu, harga bahan bangunan impor lainnya seperti keramik, granit, marmer, perkakas, dan peralatan dapur juga dipengaruhi fluktuasi nilai tukar Dolar AS. Termasuk, bahan-bahan untuk keperluan finishing seperti lampu, gagang pintu, dan aksesoris interior lainnya.
Senada dengan Anton, Pengamat Properti yang juga Direktur Global Asset Management, Steve Sudijanto mengatakan harga material bangunan bisa naik karena banyak faktor, salah satunya komponen biaya produksi yang naik.
“Kenaikan tergantung yang penting untuk pembangunan rumah adalah harga besi, beton, semen, dan tukang,” kata Steve.
“Saat ini kurs Rupiah terhadap Dolar AS melemah, sehingga komponen bahan bangunan impor yang akan naik antara lain keramik, saniter kamar mandi, perlengkapan pintu, kabel listrik, pipa, (dan) perangkat elektronik seperti air conditioner, water heater, dan lain-lain,” pungkasnya.
(kil/kil)