Jakarta –
Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengungkap bulan ini akan ada panen beras sebanyak 4,9 juta ton. Hal ini berdasarkan Survei Kerangka Sampel Area (KSA) Badan Pusat Statistik (BPS).
Bulan lalu, menurutnya ada kenaikan panen yang sebelumnya diprediksi 3,5 juta ton menjadi 3,8 juta ton. Kemudian menurut Arief pada bulan Mei juga akan terjadi panen sebanyak 3 juta ton beras.
“Sekarang kan lagi panen. Bulan lalu 3,8 dari 3,5 (juta ton). Jadi naik malah 300 ribu ton. Kemudian dikurangi banjir demak dan lain-lain sekitar 17.000 hektare (ha) itu ekuivalen 200 ribu ton. Kemudian bulan ini panen 4,9 (juta ton), bulan depan sekitar 3 juta ton,” kata dia usai Halal Bihalal di Kantor Badan Pangan Nasional, Jakarta Selatan, Kamis (18/4/2024).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Arief saat ini harga gabah memang telah mengalami penurunan seiring dengan terjadinya musim panen. Ia menegaskan importasi beras tidak akan mempengaruhi harga gabah di petani.
Karena pasokan importasi akan disimpan menjadi cadangan beras pemerintah (CBP), peruntukkannya bagi bantuan pangan beras hingga penyaluran Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP).
“Importasi itu dilakukan oleh Bulog. Seandianya tetap berjalan pun itu masuk ke gudang dan disimpan. Nggak ada kaitannya dengan harga-harga petani. Kalo harga di tingkat petani sekarang jatuh karena panennya bersamaan, kemudian basah kemarin, kemudian kapasitas dryer, satu lagi libur lebaran,” tuturnya.
Terkait penyerapan untuk CBP, Arief menyebut Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta negara memiliki cadangan beras sebanyak 3 juta ton. Cadangan itu tidak hanya dari dalam negeri saja tetapi juga dari impor.
“Pak presiden maunya Bulog punya 3 juta ton minimal. Kalau penugasan Bapanas kan 2 juta ton. Kenapa 2 juta ton? Karena 1,2 juta ton itu dipakai untuk SPHP kemudian kita juga punya bantuan panen untuk 22 juta KPM Januari-Juni,” ujar dia.
(ada/kil)