Jakarta –
Bank Indonesia (BI) menyatakan pelemahan Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) murni karena kondisi yang terjadi di global. Salah satunya karena memanasnya kondisi geopolitik di Timur Tengah setelah Iran dan Israel saling serang.
“Domestik kita nggak ada masalah sebenarnya, everything is ok. Kita inflasi under control, growth Lebaran juga aktivitas konsumsi masyarakat bagus. Jadi memang ini shock dari global yang kenanya bukan hanya ke Indonesia, seluruh mata uang itu kena imbas,” kata Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti dalam Peringatan 22 Tahun Gerakan APU-PPT di Istana Negara, Jakarta Pusat, Rabu (17/4/2024).
Sebagai informasi, Rupiah melemah terhadap dolar AS hingga ditutup di level Rp 16.220 pada sore ini. Selain karena kondisi global, tren rupiah memang biasanya melemah selepas libur Idul Fitri.
“Market nervous ya, kita kan seminggu kemarin libur dan apa yang terjadi sebenarnya di global. Global itu kan uncertainty memang tinggi,” tuturnya.
Untuk itu, BI akan melakukan langkah- langkah konkret. Pertama, BI akan menjaga kestabilan Rupiah melalui menjaga keseimbangan supply-demand valas di market melalui triple intervention khususnya di spot dan DNDF.
Kedua, BI akan meningkatkan daya tarik aset Rupiah untuk mendorong capital inflow seperti melalui daya tarik SRBI dan hedging cost. Ketiga, BI tetap koordinasi dan komunikasi dengan stakeholder terkait seperti pemerintah, Pertamina dan lainnya.
“Kalau memang dibutuhkan kita akan bisa support SBN market. Tapi kan kita lihat sekarang tekanan di sana Bond yield tinggi, jadi kita akan melihat SBN sampai seberapa jauh baru kita akan masuk,” ucapnya.
“Jadi kita akan optimalkan semua kebijakan instrumen yang kita miliki bukan hanya untuk menimbulkan keyakinan market, tapi juga bagaimana kita bisa meng-attrack itu,” tambahnya.
(aid/rrd)