Jakarta –
Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) mewaspadai bahaya besar yang bisa intai dunia imbas konflik Iran vs Israel. Kondisi itu dinilai bisa memicu kenaikan inflasi dan mengancam ekonomi global.
Kepala ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas mengatakan dampak ekonomi dari ketidakstabilan di Timur Tengah terhadap perekonomian dunia menjadi hal penting yang harus diperhatikan bagi para pembuat kebijakan.
“Kemajuan menuju target inflasi agak mengkhawatirkan karena terhenti sejak awal tahun di beberapa negara. Ini mungkin merupakan kemunduran sementara, namun ada alasan untuk tetap waspada,” kata Gourinchas dalam keterangan resminya, dikutip Rabu (17/4/2024).
Inflasi masih sangat tinggi di banyak negara karena harga minyak meningkat akibat ketegangan geopolitik dan sektor jasa. Pembatasan perdagangan lebih lanjut juga dikhawatirkan dapat mendorong inflasi barang.
“Mengembalikan inflasi ke target harus tetap menjadi prioritas,” tegasnya.
Dalam laporan World Economic Outlook pada hari Selasa (16/4), IMF menaikkan perkiraan pertumbuhan ekonomi global di mana pada 2024 dan 2025 diproyeksikan sebesar 3,2%. Nilai tersebut naik 0,3% dari proyeksi awal IMF pada Oktober lalu.
“Perekonomian global terus menunjukkan ketahanan yang luar biasa dengan pertumbuhan yang stabil dan inflasi yang menurun, namun masih banyak tantangan yang menghadang,” tutur Gourinchas.
Proyeksi itu didasarkan pada pemulihan yang lebih kuat dari perkiraan di Amerika Serikat (AS), Tiongkok, dan negara-negara berkembang besar lainnya. Meskipun aktivitas di kawasan Eropa melemah.
“Pasar bertanya-tanya kapan Federal Reserve AS akan mulai menurunkan suku bunga setelah data ekonomi terbaru menunjukkan perekonomian AS yang kuat. Memang kinerja AS yang kuat baru-baru ini mencerminkan pertumbuhan produktivitas dan pertumbuhan pasokan tenaga kerja yang kuat, namun juga kuatnya tekanan permintaan yang dapat menambah inflasi,” ungkap Gourinchas.
“Hal ini memerlukan pendekatan yang hati-hati dan bertahap terhadap pelonggaran yang dilakukan oleh Federal Reserve,” tambahnya.
Laporan IMF juga mencatat belanja bantuan pandemi telah menyebabkan rasio utang terhadap PDB meningkat di sebagian besar negara. Oleh karena itu, IMF mendesak negara-negara untuk mengatasi hal ini dengan membangun kembali penyangga fiskal mereka, meskipun hal ini terkadang tidak menyenangkan secara politik dalam jangka pendek.
“Konsolidasi fiskal tidak pernah mudah, namun yang terbaik adalah tidak menunggu sampai pasar menentukan kondisinya. Konsolidasi fiskal yang kredibel dapat membantu menurunkan biaya pendanaan, meningkatkan ruang fiskal dan stabilitas keuangan. Kuncinya adalah memulainya sejak dini, bertahap dan kredibel,” kata Penasihat Ekonomi IMF.
(aid/rrd)