Jakarta

Mantan Kepala Badan Perencanaan Nasional (Bappenas) Bambang Brodjonegoro buka-bukaan soal dampak konflik Iran-Israel ke sektor keuangan Indonesia. Menurutnya, konflik kedua negara memang bisa merugikan sektor keuangan.

Namun dia menilai ada hal yang lebih besar dari sentimen konflik Iran dan Israel yang melemahkan sektor keuangan di Indonesia. Hal tersebut adalah masih tingginya suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed). Tingginya suku bunga menarik arus modal dari negara berkembang macam Indonesia ke Amerika.

Hal ini yang menurutnya telah membuat nilai tukar Indonesia melemah hingga ke kisaran Rp 16.000. Sentimen konflik Iran dan Israel hanya sedikit mengeruhkan keadaan saja.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Tekanan konflik Iran dan Israel saya lihat pasti ada ke IHSG cuman itu penyebabnya dibagi sama faktor tingkat suku bunga tinggi. Jadi US Dollar dan Treasury Bond akan dicari dan ini berdampak ke Rupiah dan IHSG,” beber Bambang dalam webinar Dampak Konflik Iran-Israel ke Ekonomi RI yang diselenggarakan oleh Alumni Eisenhower Fellowship Indonesia, Senin (15/4/2024).

Dia menilai nilai tukar Dolar AS sedang menguat ke semua mata uang, termasuk Indonesia. Hal itu terjadi karena The Fed masih tak kunjung menurunkan suku bunganya seperti yang sudah banyak diperkirakan.

“Rupiah melemah itu sebenarnya karena Dolar menguat ke semua mata uang, karena semua pihak seperti kecele, mereka menyangka The Fed akan melakukan cut rate, namun menurut saya sampai tengah tahun ini nggak mungkin turun, karena tingkat inflasi juga masih di atas yang diharapkan Federal Reserve,” jelas Bambang.

Tugas terberat menurutnya dimiliki Bank Indonesia. Institusi itu harus menahan agar stabilitas fluktuasi nilai tukar dolar bisa diintervensi dengan baik. Menurutnya Bank Indonesia pun harus berhati-hati dalam menentukan tingkat suku bunga, bila inflasi tinggi di Indonesia imbas konflik Iran dan Israel meningkatkan suku bunga dinilai bukan pilihan terbaik.

Yang jelas menurut Bambang, dengan adanya konflik Iran dan Israel dalam waktu dekat ini hampir bisa dipastikan arus modal keluar alias capital outflow pasti terjadi.

Dia mencontohkan apa yang terjadi saat konflik Israel dan kelompok militan Hamas, Palestina memanas. Saat itu arus modal keluar tak terbendung di Indonesia, dalam waktu singkat 3-4 hari saja ada sekitar Rp 4 triliun modal yang keluar dari Indonesia.

Untuk beberapa waktu ke depan kemungkinan investor masih akan mencari instrumen safe haven macam memegang Dolar AS ataupun obligasi pemerintah AS.

“Konflik ini kan bisa lebih besar dari itu, kita tak bisa harap dari arus modal, apalagi Fed tidak akan turunkan tingkat bunganya cepat-cepat. Investor akan cari safe haven dengan adanya konflik Iran dan Israel, pertama pegang Dolar dan kedua Treasury Bond,” papar Bambang.

(hal/rrd)



Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *