Jakarta –
Banyaknya barang impor yang masuk ke Indonesia jadi keresahan bagi kaum pengusaha. Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Arsjad Rasjid menyebut hal ini menjadi salah satu tantangan ekonomi yang disorot dunia usaha.
Impor Indonesia sendiri mengalami penurunan sepanjang tahun 2023. BPS mencatat nilai impor pada 2023 mencapai US$ 221,89 miliar, turun sekitar 6,55% (yoy) dibandingkan tahun 2022.
Impor sebenarnya merupakan kegiatan ekonomi yang juga punya manfaat bagi negara. Biasanya, impor dilakukan untuk mensubstitusi barang yang tidak ada di Indonesia.
China merupakan negara asal impor utama Indonesia selama 2023 dengan nilai US$ 62,18 miliar. Jumlah share-nya mencapai 28,02% terhadap total impor yang mencapai US$ 221,89 miliar.
Angka tersebut sudah turun dari 2022 sebesar 7,41%. Adapun komoditas yang paling banyak diimpor Indonesia dari China adalah smartphone dengan share 3,14%.
Komoditas lainnya yang paling banyak diimpor dari China adalah laptop, termasuk notebook dan subnotebook dengan share 1,64%. Disusul dengan bagian dari transmisi 1,36%, sekop mekanis 1,23%, bawang putih 1,04% dan lainnya 91,59%.
Posisi kedua negara asal impor Indonesia adalah Jepang. Nilai share dari Negeri Sakura ini sebesar 7,41% dan nilainya mencapai US$ 16,44 miliar atau turun dari 2022 sebesar 3,74%.
Adapun komoditas terbanyak diimpor Indonesia adalah flat-rolled products, seperti besi atau baja canai dengan nilai US$ 0,47 miliar atau mencakup 0,75% dari total impor Jepang. Barang lainnya yang paling banyak diimpor Jepang adalah kendaraan bermotor, hingga katoda dan bagiannya.
Negara ketiga sumber impor Indonesia pada 2023 adalah Thailand dengan share 4,57% dari total impor. Adapun komoditas terbanyak yang diterima Indonesia adalah gula tebu, truk pick up, mesin pendingin udara, dan lainnya.
(eds/eds)