Jakarta –
Ilma Pagia Fauzia mengabdikan dirinya mengembangkan sorgum setelah lulus kuliah jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata dari Institut Pertanian Bogor (IPB). Sorgum adalah tananam alternatif pengganti beras yang kerap ditanam warga di Majalengka, tempat Irma tinggal.
Sorgum belum setenar gandum dan beras merah yang kerap dikonsumsi masyarakat sebagai pengganti beras putih. Tanaman yang berasal dari benua Afrika ini kerap dikonsumsi masyarakat sebagai makanan pokok untuk diet karena tinggi serat dan memiliki kandungan nutrisi yang tidak terdapat pada karbohidrat biasa.
Sorgum dapat diolah menjadi olahan sehat seperti kerupuk, kue, dan tepung. Seperti yang dilakukan Irma melalui usahanya yang bernama Olahan Sehat Hawa. Ilma memulai bisnisnya sejak tahun 2016 setelah lulus kuliah.
“Saya diminta membantu mengembangkan sorgum di Tasikmalaya sebagai penyuluh pada 2016,” ujar Ilma ketika ditemui DetikFinance di tempat usahanya di Depok, Jawa Barat, beberapa waktu lalu.
Kemudian Ilma lalu ikut suaminya untuk menanam sorgum di Majalengka pada 2021. Kemudian pada Agustus 2021 Irma membuka usaha sorgum di Majalengka dengan modal awal Rp 10 juta untuk bahan baku dan membeli alat-alat. Dia membuat beberapa produk antara lain kerupuk sorgum, kukis sorgum, puding sorgum, dan brownis sorgum. Kemudian Irma meneruskan usahanya di Depok, Jawa Barat, pada 2022 hingga kini.
Ilma sejak dulu hingga ini tidak memiliki karyawan. Pengolahan produk sorgum sebagian masih dilakukan di Majalengka bersama dengan saudara-saudaranya. Lalu produk dikirim ke Depok. Irma terkadang membuat brownis di Depok.
Awal-awal mendirikan usaha, Ilma masih belum mendapatkan hasil yakni berada pada kisaran Rp 2 juta. Kini, omzetnya mencapai sekitar Rp 10 juta sebulan. Ilma mengolah sorgum sekitar 5 kg-6 kg sebulan yang dapat menghasilkan sekitar 300-500 bungkus kerupuk sorgum. Jumlah tersebut, belum ditambah membuat produk brownis sorgum.
BRI Bantu Lebarkan Bisnis Ilma
Untuk melebarkan bisnisnya, Ilma mengikuti pameran Brilianpreneur yang diadakan Bank Rakyat Indonesia (BRI) pada 2023. Sebelum pameran, Ilma mengikuti pelatihan secara online yang dilakukan oleh BRI. Saat itu dia membawa produk 135 kerupuk sorgum. Kerupuk tersebut habis terjual. Ilma juga mengeluarkan jurus bagi konsumennya yang tidak membawa uang. Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) BRI menjadi penyelamatnya.
“Alhamdulilllah hari kedua sampai terakhir, transaksi QRIS banyak, sampai produk habis,” tutur Ilma.
Meski produk olahan sorgum masih kurang dikenal masyarakat, Ilma tidak mau berputus asa dan memikirkan beberapa jurus. Hal itu dijadikan cambukan agar dapat berjuang sampai titik puncak.
“Ketika usaha yang belum familiar dengan masyarakat (jurusnya perlu pengenalan, terus berkarya, inovasi dengan produk baru, promosi sebanyak mungkin, dan banyak silaturahmi biar relasi bertambah,” ucap Ilma.
Dari beberapa usaha yang dilakukannya, Ilma telah menoreh keberhasilan. Produk Olahan Sehat Hawa telah masuk Finalis Dumpling Award 2024 dari Program Kampus Bisnis Umar Usman di Tangerang, kerja sama dengan suatu perusahaan.
Ditemui di tempat terpisah, Pimpinan Cabang BRI Kantor Cabang Depok Yuliyanto mengatakan, ada 4.400 UMKM Depok yang naik kelas. Data tersebut sudah diskoring dari mantri BRI. Sementara itu untuk merchant BRI, dari 1.129 merchant BRI yang tersebar di wilayah Depok yang menggunakan QRIS statis yakni 617.
“Sisanya menggunakan QRIS dinamis,” kata Yuliyanto di kantornya, Jalan Margonda, Depok, Jawa Barat, ketika ditemui beberapa hari lalu.
(nwy/hns)