Jakarta

Perekonomian Indonesia diprediksi masih bertengger di angka 5% untuk 2024, kendati demikian Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani, mengatakan ada sejumlah sinyal yang berpotensi mengancam kinerja perekonomian Indonesia.

Sinyal pertama yang bisa menghambat, sebut Shinta, adalah situasi geopolitik global.

“Mungkin yang menjadi challenge adalah kemudian ekonomi global sendiri bagaimana? Kita tahu kondisi di global itu memang tidak baik karena kita melihat situasi geopolitik banyak pengaruhnya ya kepada kita di Indonesia,” ucap Shinta kepada detikcom, ditulis Kamis (4/4/2024).


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Shinta kemudian mencontohkan sejumlah persoalan geopolitik tersebut adalah konflik Timur Tengah dan perang Rusia-Ukraina. Gara-gara hal tersebut, ia mengatakan rantai pasokan global kini terganggu.

Salah satunya terlihat di Laut Merah. Akibat serangan yang diluncurkan Milisi Houthi terhadap berbagai perusahaan perkapalan yang disinyalir pro terhadap Israel, berbagai perusahaan kini kesulitan untuk mendistribusikan barang ke berbagai negara. Hal ini disebutnya bakal mengancam kinerja industri logistik serta arus distribusi barang ke Indonesia.

“Dengan adanya konflik di Israel-Palestina, itu logistik dan ini pengaruhnya tinggi sekali karena itu jadi jauh lebih tinggi cost-nya. Hal-hal semacam itu pasti ada pengaruhnya juga ke Indonesia,” jelasnya.

Sinyal kedua, jelas Shinta, adalah menurunnya permintaan global. Sebagai salah satu negara ekspor, Shinta menilai geliat perekonomian Indonesia bisa terdampak signifikan karena terpengaruhnya kinerja berbagai eksportir dalam negeri. Sementara sinyal ketiga, adalah terganggunya situasi pangan karena harga berbagai komoditas pokok meroket.

Walhasil, ia menjelaskan saat ini banyak pengusaha yang kini khawatir melihat prospek perekonomian di masa yang akan datang.

“Cuman kita melihat di pelaku yang ada di lapangan, ini yang tidak baik-baik saja. Dan mungkin kekhawatiran kita lebih ke depan, di 2024 ini, kemudian di tahun depan seperti apa, itu yang menjadi kekhawatiran dari pelaku,” sambungnya.

Di sisi lain, Shinta menjelaskan menurunnya daya beli juga menjadi salah satu isu yang penting untuk diperhatikan. Meski angka Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) dan purchasing managers index (PMI) atau indeks manajer pembelian Indonesia masih berada dalam level yang baik dan ekspansif, Shinta mengingatkan persoalan daya beli masyarakat juga perlu diperhatikan.

Oleh sebab itu, Shinta berpesan bahwa pemerintah harus bijak dalam mengeluarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pasalnya, APBN berfungsi untuk mendongkrak daya beli masyarakat.

Di sisi lain, ia menjelaskan berbagai pengusaha kini juga menggantungkan diri terhadap berbagai proyek yang diselenggarakan pemerintah. Walhasil, Shinta berharap pemerintah bisa bijak dalam mengelola APBN, serta tepat waktu dan tepat sasaran menggelontorkan anggaran di berbagai pos belanja yang ada.

“Jadi banyak faktor yang menjadi pegangan pemerintah, bagaimana mempertahankan daya beli untuk terus bisa naik, bagaimana APBN itu juga bisa digunakan tepat waktu, saya rasa itu faktor-faktor yang juga harus menjadi perhatian,” ujar dia.

(kil/kil)



Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *