Jakarta –
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Maret 2024 sebesar 0,52%. BPS menyebutnya sebagai inflasi Ramadan karena bertepatan dengan bulan suci Ramadan.
“Inflasi Maret 2024 tentunya bertepatan dengan momen Ramadan dan mengalami peningkatan inflasi dibandingkan dengan Februari 2024. Jika kita bandingkan dengan periode sebelumnya kecuali 2022, inflasi pada Ramadan tahun ini relatif lebih tinggi yaitu sebesar 0,52%, tetapi kalau di 2022 inflasi pada Ramadan 2022 jauh lebih tinggi dibandingkan inflasi Ramadan tahun ini,” kata Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, Senin (1/4/2024).
Amalia menjelaskan, komoditas penyebab utama inflasi Ramadan tahun ini didominasi oleh komoditas pangan yang bergejolak. Seperti telur ayam ras, daging ayam ras, beras, cabai rawit dan bawang putih.
“Beberapa komoditas yang mengalami deflasi pada Maret 2024 yaitu cabai merah, tomat dan tarif angkutan udara,” tambahnya.
Menurut Amalia pada momen Ramadan dan lebaran 2022 dan 2023, kelompok yang biasanya paling dominan memberikan sumbangan andil inflasi adalah kelompok makanan minuman dan tembakau serta transportasi. Namun demikian berbeda dengan kondisi historis tersebut, pada periode Ramadan tahun ini kelompok pengeluaran yang memberikan andil inflasi selain makanan minuman dan tembakau, yang terbesar kedua adalah perawatan pribadi dan lainnya dengan andil inflasi 0,04%.
“Sementara itu kelompok transportasi memberikan andil inflasi yang lebih rendah yaitu sebesar 0,01% pada Maret 2024. Hal ini didorong oleh tarif angkutan udara yang pada bulan Ramadan tahun ini ternyata mengalami deflasi sebesar 0,97%. Jika dirinci terdapat 20 provinsi yang mengalami deflasi tarif angkutan udara dan 17 provinsi mengalami inflasi tarif angkutan udara, sedangkan satu provinsi lainnya stabil,” tambahnya.
Inflasi pada Maret 2024 sebesar 0,52% didorong oleh seluruh komponen terutama komponen harga bergejolak. Komponen inti mengalami inflasi 0,23%, komponen ini memberikan andil inflasi sebesar 0,15%. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi pada komponen inti adalah emas perhiasan, minyak goreng dan nasi dengan lauk.
Berikutnya komponen harga diatur pemerintah mengalami inflasi 0,08% dengan andil inflasi 0,01%. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi pada komponen harga diatur pemerintah adalah sigaret kretek mesin (SKM).
Komponen harga bergejolak mengalami inflasi 2,16%. Komponen ini memberikan andil inflasi terbesar yaitu 0,36%. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi adalah telur ayam ras, daging ayam ras, beras, cabai rawit, bawang putih dan bawang merah.
(aid/das)