Jakarta

Pada 2020 saat terjadi pandemi COVID-19 banyak perbankan yang menyerah untuk menyalurkan kredit usaha rakyat atau KUR kepada pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Bank bank yang menyerah tersebut kemudian mengembalikan kuota KUR jatah mereka kepada pemerintah.

Namun PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk ketika itu justru sukses menyalurkan KUR dan bahkan meminta tambahan kuota lagi kepada pemerintah. “Karena kami melihat pada saat itu (2020) yang bisa tetap disalurkan kan memang pinjaman yang bersubsidi,” kata VP Microsales Management Division BRI Asep Nugraha Sukma saat berdialog dengan panitia bazar UMKM di gedung Ali Wardhana kantor Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, jalan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Rabu 27 Maret 2024.

Menurut Asep perbandingan suku bunga pinjaman KUR yang bersubsidi dengan kredit komersial bisa 2 hingga 3 kali lipat. Untuk suku bunga pinjaman komersial bisa 2 persen setiap bulannya, sementara untuk KUR hanya 6 persen selama 1 tahun.


ADVERTISEMENT


SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Jadi pada saat masa pandemi (KUR) itu ditawarkan, memang tepat sasaran sehingga pada saat kami menyalurkan itu ya memang manfaatnya bukan dari BRI saja juga bagi UMKM yang memang membutuhkan,” kata Asep.

Di tempat yang sama Supervisor Bisnis Mikro BRI Regional Office Jakarta I Agus Dharmawan mengatakan bahwa para pelaku UMKM termasuk pedagang mikro juga bisnis-bisnis yang dikelola oleh home industri terkena dampak akibat terjadinya pandemi COVID-19. Di situ kemudian BRI tetap hadir ke tengah-tengah masyarakat untuk meyakinkan masyarakat khususnya nasabah pegiat UMKM bahwa mereka tidak ditinggalkan.

Kehadiran BRI tersebut diwujudkan dalam bentuk pemberian stimulus yakni pinjaman KUR dan juga pendampingan. Musabab ketika pandemi COVID-19 diberlakukan pembatasan pertemuan secara fisik, maka edukasi dan pelatihan dilakukan secara online baik melalui zoom meeting, atau pun telepon langsung.

Kepada pelaku UMKM juga diberikan pelatihan transaksi secara online baik melalui web, aplikasi maupun handphone. “Kami hadir memberikan edukasi, informasi terkait layanan e-commerce, di mana saat itu kita tidak boleh ketemu, jadi kita bertransaksi melalui web melalui Hp,” kata Agus.

Ida seorang pelaku UMKM asal Pondok Petir, Depok, Jawa Barat memberikan kesaksian atas kehadiran BRI ke tengah masyarakat di kala terjadi Pandemi COVID-19. Pada saat pandemi itu dia mengaku pelaku UMKM di Pondok Petir didatangi petugas BRI yang menawarkan bantuan pinjaman KUR dengan syarat mudah.

Ketika itu hanya dengan agunan akta lahir anak, Ida mendapatkan bantuan pinjaman KUR sebesar Rp 10 juta. Pinjaman tersebut kemudian dia gunakan untuk tambahan modal bisnis aneka snack dan makanan ringan. Tak hanya soal agunan, BRI juga memberikan keringanan angsuran yakni di 6 bulan pertama Ida cukup membayar angsuran sebesar Rp 50 ribu tiap bulannya.

Hasil riset Badan Riset dan Inovasi Nasional menunjukkan bahwa penyaluran KUR oleh BRI di masa pandemi COVID-19 efektif membantu pelaku UMKM. Disebutkan dalam riset BRIN tersebut, pemberian KUR berpotensi meningkatkan pendapatan UMKM hingga sebesar 50 persen. Bahkan semakin besar nilai KUR yang diterima oleh UMKM bisa mendongkrak pendapatan mereka hingga 33 persen.

Dikutip dari CNNIndonesia.com, BRI selalu mendapat jatah terbesar dalam penyaluran KUR yakni dengan sekitar 70% dari total alokasi KUR secara nasional. Pada saat terjadi pandemi COVID-19 tahun 2020, BRI mendapat jatah untuk menyalurkan KUR sebesar Rp 140,2 triliun. Dari jatah tersebut realisasi penyaluran KUR mencapai Rp 138,5 triliun.

Menurut Asep dengan segenap upaya yang dilakukan BRI kepada pelaku UMKM di masa pandemi kini BRI kian erat dengan UMKM. “Dengan berbagai sentuhan di masa pandemi itu UMKM semakin erat dengan BRI,” kata Asep.

(erd/hns)



Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *